SIAPAKAH YANG BERTANGGUNG JAWAB MENJAGA AURAT?
Agama Islam selaras dengan fitrah manusia. Selama fitrah
tersebut masih suci, tidak di nodai dengan maksiat, maka menjaga aurat bagian
dari pembawaan manusia sejak lahir, sebagaimana nabi Adam q dan istrinya ketika
nampak aurat mereka yang sebelumnya tertutup akibat memakan buah yang
terlarang. Dengan fitrahnya, nabi Adam q dan istrinya menutup auratnya dengan
daun-daun surga, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla :
فَدَلَّاهُمَا
بِغُرُورٍ ۚ فَلَمَّا ذَاقَا
الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا
وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ
ۖ وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا
أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ
وَأَقُلْ لَكُمَا إِنَّ الشَّيْطَانَ
لَكُمَا عَدُوٌّ مُبِينٌ
Maka syaithan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu)
dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi
keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun
surga. Kemudian Rabb mereka menyeru mereka, “Bukankah
Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan aku katakan kepadamu,
bahwa sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua ? [al-
A’râf/7:22]
Namun, ketika fitrah ini mulai hilang dari bani Adam dan
ketika sifat malu pada diri mereka mulai terkikis, maka harus ada yang
mengontrol dan mengingatkan mereka dalam menjaga aurat. Sebab, mempertontonkan
aurat merupakan sebuah kemungkaran yang harus di ingkari, Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
Tiada ulasan:
Catat Ulasan